Fakta-fakta sejarah mengenai berdirinya Benteng Nieuw Victoria di Kota Ambon, adalah berawal dari dibangunnya benteng Portugis di pantai Honipopo pada abad ke-16. Batu pertama dari benteng tersebut diletakkan oleh seorang panglima armada Portugis di Maluku, Sancho de Vasconcelos, pada tanggal 23 Maret 1575. Dalam waktu tiga bulan, tembok benteng dan menara-menaranya telah dibangun lengkap dengan sejumlah rumah di dalamnya. Kemudian, benteng itu secara resmi diberi nama “Nossa Senhora da Anunciada”. Pemberian nama tersebut berkaitan dengan hari Kenaikan (“Anunciada”) yang bertepatan dengan peletakan batu pertama pembangunan benteng tersebut. Tetapi, menurut para saksi mata dari abad ke-17 dan ke-18, baik Rumphius, Valentijn dan Rijali, di kalangan penduduk Pulau Ambon, benteng tersebut lebih dikenal dengan sebutan “Kota Laha”, yang berarti benteng (“Kota”) di teluk (“Laha”). Benteng Kota Laha berbentuk segi empat mengikuti bentuk benteng batu yang umumnya dibangun di Eropa dalam abad pertengahan. Pada keempat sudutnya dibangun empat buah menara bersegi tiga untuk menempatkan meriam. Karena ancaman terbesar akan datang dari laut, maka kedua menara meriam yang mengarah ke laut dibuat lebih kokoh dari yang mengarah ke darat. Dua gerbang utama menjadi pintu masuk ke benteng tersebut, sebuah terletak pada tembok ke arah laut (untuk muatan kapal-kapal) dan sebuah lagi pada tembok ke arah darat.
Benteng Kota Laha jatuh dari tangan Portugis ke pihak VOC pada tanggal 23 Maret 1605 dibawah pimpinan Admiral Steven van der Haghen, sehingga benteng tersebut hanya berhasil dipertahankan oleh Portugis selama 30 tahun (1575-1605). Kemudian benteng tersebut berganti nama menjadi “Victoria” (kemenangan) pada tahun 1614, sebagai peringatan atas kemenangan Belanda dari Portugis. Kota Laha menjadi satu dari dua benteng di Asia yang berhasil direbut VOC dari Portugis, selain benteng Malaka yang direbut tahun 1648. Kemudian dalam perkembangannya, pada tanggal 17 Februari 1674 terjadi gempa yang dasyat di Pulau Ambon dan pulau-pulau sekitarnya. Akibatnya, benteng Victoria mengalami kerusakan berat, bahkan beberapa bangunan tidak dapat digunakan lagi. Kerusakan dalam benteng Victoria yang diakibatkan oleh gempa segera dapat diatasi. Rumah-rumah kayu yang terdapat dalam benteng tersebut berangsur-angsur diganti dengan bangunan yang lebih baik dan kokoh. Namun pada tahun 1754 terjadi kembali gempa dahsyat yang menimbulkan kerusakan yang sangat parah pada benteng Victoria. Karena kesulitan keuangan, renovasi benteng itu baru selesai akhir tahun 1780-an. Karena perbaikan dan perubahannya sangat banyak, maka sejak saat itu benteng tersebut dinamakan “Nieuw Victoria” (Victoria Baru). Benteng tersebut kini telah mengalami kerusakkkan berat dan kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Maluku. Hal ini diakibatkan oleh kurang tertanganinya situs budaya tersebut oleh pemerintah yang berwenang dan di akibatkan juga oleh penggunaan situs benteng tersebut sebagai lokasi markas Den Kavaleri KODAM XVI Pattimura.
Selain benteng Victoria di Kota Ambon, Belanda juga mendirikan sebuah benteng kecil di luar Kota Ambon, di sekitar Kaitetu yang dinamakan “Verre”, yang oleh penduduk setempat dinamakan “Kota Warwek” mengikuti nama panglima armada dagang Belanda, bernama Admiral Warwijk yang memimpin pembangunan benteng tersebut. Pada awalnya bangunan tersebut berfungsi sebagai loji yang dibangun Portugis pada tahun 1599 untuk menampung bahan rempah-rempah yang di beli dari penduduk di sekitar daerah itu untuk di bawa ke Ternate dan seterusnya ke Malaka. Setelah Portugis meninggalkan Ambon loji tersebut diambil alih oleh VOC dan akhirnya dijadikan sebagai benteng oleh Pemerintah Hindia Belanda semasa pemerintahan Gubernur Gerrad Demmer. Bangunan benteng tersebut terdiri dari dua lantai dan dilengkapi dengan satu menara pengintai. Lantai atas dipakai sebagai tempat tinggal tentara Belanda, sedangkan di lantai bawah terdapat satu ruang penjara dan dilengkapi dengan gudang mesiu. Benteng tersebut pernah diserang dan dibakar oleh masyarakat Kerajaan Hitu di bawah pimpinan Kakiali pada Perang Hitu tahun 1634. Kemudian benteng tersebut dibangun kembali oleh Arnold de Vlaming van Oushoorn dalam bentuk yang lebih kuat dan besar pada tahun 1649. Benteng tersebut kemudian berganti nama menjadi “Amsterdam”. Belanda juga mendirikan sebuah benteng pertahanan di Desa Passo yang bernama “Middelburg” pada tahun 1626 oleh Robert Padbrugge.
Rumah Residen Amboina yang dibangun oleh Gubernur Adriaan Van der Stel (1706-1720). Kompleks itulah yang pada abad ke-19 berubah menjadi kediaman resmi gubernur maluku dan kini menjadi Markas KODAM XVI Pattimura yang berlokasi di Batu Gajah.Semula bangunan ini berfungsi sebagai Rumah Sakit, dibangun oleh Gubernur Arnold de Vlaming van Oudshoorn (1647-1650), tetapi kemudian direnovasi kembali oleh Gubernur N. Schagen (1691-1696) karena telah mengalami kerusakan akibat gempa yang terjadi pada tahun 1674. Sejak saat itu, rumah sakit tersebut beralih fungsi menjadi kantor peradilan. Pada lantai kedua bangunan itu, ditempatkan “Raad van Justitia” (pengadilan untuk pegawai VOC dan warga kota). Di lantai dua itu pula terdapat kantor dari “Weeskamer” (balai peninggalan harta) dan “Commissarissen der Huwelijkzaken” (kantor urusan pernikahan). Di depan gedung tersebut terdapat sebuah lapangan terbuka dengan tiang gantungan bagi para penjahat yang dijatuhi hukuman mati (Kapitan Pattimura, Said Parenta dan Anthony Rhebok di gantung di tempat tersebut). Letak tiang gantungan tersebut tepatnya di kawasan Tugu Pahlawan Nasional Thomas Matulessy (Kapitan Pattimura). Kemudian pada abad ke-18, gedung tersebut diberi nama “Stadhuis” (balaikota), tetapi sejak abad ke-19 dikenal sebagai gedung “Landraad” (pengadilan untuk penduduk negeri) hingga kini.Sebuah bangunan megah yang didirikan pada masa pemerintahan VOC di Kota Ambon adalah “pasar” pada tahun 1690, terletak di tepi pantai ke arah barat benteng Victoria (kini menjadi lokasi pertokoan Ambon Plaza). Pembangunannya diprakarsai oleh Gouverneur van Amboina yang memerintah saat itu, yakni Gubernur Dirk de Haas (1687-1691), ukurannya jauh lebih besar dari gedung-gedung gereja yang berada di Kota Ambon. Valentijn mengatakan, bahwa ia belum pernah melihat sebuah pasar yang sedemikian indah dengan letaknya yang begitu bagus sehingga orang bisa menikmati pemandangan teluk dan dermaga yang memanjang dari gerbang laut benteng Victoria. Bahkan bagi Valentijn, pasar ini adalah gedung terindah di Kota Ambon pada masa itu. Bangunan pasar ini tidak bertembok, dan atap gentengnya ditopang oleh sejumlah pilar.Tahun 1695, pada masa gubernur N. Schagen (1691-1696), gereja melayu dibongkar dan dibangun gedung baru yang selesai pengerjaannya pada masa pejabat gubernur cornelis stull (1696-1697) di tahun 1696. Bagian bawah dari tembok gedung gereja terbuat dari batu dan sisahnya dari kayu yang merupakan sumbangan penduduk negeri-negeri di Leitimor. Dalam gereja baru tersebut terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu pilihan (kayu langoa dan eboni). Di hadapannya terdapat kursi-kursi khusus untuk para pejabat seperti gubernur, oppercoopman (kepala urusan administrasi), capitein dan anggota-anggota dewan pemerintahan (politike raad)dan untuk anggota-anggota jemaat disediakan bangku-bangku yang juga terbuat dari kayu langoa.Terdapat di jalan Chinesestraat (kini bernama jalan A.J. Patty), letak gereja Melayu berada tepat di gedung PUSKUD. Tetapi akibat Perang Dunia kedua yang pecah pada pertengahan abad ke-20 (1942 – 1945) mengakibatkan gereja tersebut di bom oleh pesawat tempur Jepang.
by : Mr. Tukelation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar